14 Desember 2011

TETANUS NEONATORUM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1      LATAR BELAKANG
Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan memilki tingkat morbiditas yang tinggi. Data WHO tahun 2005 menunjukan Tetanus neonatorum merupakan penyebab dari 14 % kematian neonatus di dunia. Clostridium tetani
merupakan bakteri yang menyebabkan terjadinya penyakit tetanus,di mana pada bayi baru lahir infeksi terutama terjadi melalui luka saat pemotongan tali pusatatau akibat proses partus yang kurang steril. Proses partus dan penanganan tali pusat yangkurang steril memungkinkan adanya infeksi bakteri sehingga membahayakan baik bagi sibayi maupun ibu melahirkan.Hal inilah yang menyebabkan 90% kasus tetanusneonatorum terjadi di negara negara yang kurang dan masih berkembang, di mana standar kesehatan masih sangat rendah dan fasilitas kesehatan yang layak tidak tersedia atau terbatas.
Terapi pada tetanus neonatorum meliputi pemberian antitoksin tetanus, pelemas ototdan pemberian makanan intravena. Selain itu juga dapat diberikan antimicrobial,debridement luka dan penanganan jalan napas pasien. Pencegahan penyakit ini sebenarnya sangat mudah dan menjadi fokus utama WHO,yaitu dengan pemberian vaksin pada ibu sebelum atau selama masa kehamilan; proses partusserta penanganan paska melahirkan yang steril. WHO telah mencanangkan program eliminasitetanus maternal dan tetanus neonatorum sejak tahun 1989. Program ini telah berhasil dilaksanakan oleh negara-negara maju dan sebagian negara berkembang sehingga tetanus neonatorum sangat jarang ditemukan di negara-negara tersebut.
I.2. Tujuan
Tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
·         Untuk mengetahui tentang TETANUS NEONATORUM
·         Untuk menambah wawasan mengenai tetanus neonatorum
·         Agar memperoleh informasi bagaimana cara mengatasi dan menanggulangi tetanus neonatorum
·         Sebagai tugas dari mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita

BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 PENGERTIAN TETANUS NEONATORUM
TETANUS neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah 28 hari, dengan gejala klinik yang khas dimana timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, serta kejang-kejang pada saat beberapa hari setelah lahir. Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya kematian pada bayi. Di Indonesia, angka kejadian dan kematian akan penyakit ini masih tinggi, dimana Indonesia tercatat sebagai negara ke-5 diantara 10 negara berkembang yang angka kematian tetanus neonatorumnya tinggi. Pada tahun 1992 jumlah kematian tetanus neonatorum di Indonesia sebesar 7,3%, angka tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara tetangga yakni Vietnam yang memiliki jumlah kematian tetanus neonatorum sebesar 4,2% pada tahun yang sama.
II.2 ETIOLOGI
Adalah Clostridiun tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi dengan spora Clostridium tetani, maupun penggunaan obat-obatan untuk tali pusat yang juga telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisionil yang tidak steril, merupakan faktor yang utama dalam terjadinya Tetanus neonatorum.
II.3 PATOFISIOLOGI
Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk vegetatif dan berkembang biak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi. Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan.
II.4 GEJALA
a.    Susah membuka mulut (trismus), terjadi karena adanya kekakuan pada otot mengunyah (masseter). Trismus pada neonatus, tidak sejelas pada anak dan orang dewasa karena kekakuan pada otot leher lebih kuat yang menarik sudut mulut agak ke bawah sehingga mulut agak menganga. Keadaan ini menyebabkan mulut ''mencucu'' seperti mulut ikan sehingga bayi tidak dapat       menetek.
b.    Wajah tampak meringis/ mengkerut (Risus sardonikus), terjadi karena adanya kekakuan pada otot mimik muka, dimana dahi bayi kelihatan mengerut, mata bayi agak tertutup, dan sudut mulut bayi tertarik ke samping dan ke bawah.
c.    Kekakuan pada otot yang menunjang tubuh (opisthotonus) seperti otot punggung, otot bahu, dan otot leher. Kekakuan yang berat dapat menyebabkan tubuh melengkung seperti busur, bertumpu pada tumit dan tulang belakang. Secara klinik gejala ini dapat dikenali dengan cara mudahnya memasukkan tangan pemeriksa pada lengkungan busur tersebut.
d.    Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain otot dinding perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga penderita merasakan keterbatasan untuk bernafas atau batuk. Setelah hari kelima perlu diwaspadai timbulnya perdarahan paru (pada neonatus) atau bronchopneumonia.
e.    Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kekakuan yang terus-menerus dari otot laring yang bisa menimbulkan sesak nafas. Efek tetanospamin (toksin tetanus) dapat menyebabkan gangguan denyut jantung seperti kadar denyut jantung menurun, atau kadar denyut jantung meningkat. Tetanospasmin juga dapat menyebabkan demam dan kekakuan otot polos sehingga anak tidak bisa buang air kecil.
f.     Bila kekakuan otot semakin berat, akan timbul kejang-kejang umum yang terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya. Lambat laun, ''masa istirahat'' kejang semakin pendek sehingga menyebabkan status epileptikus, yaitu bangkitan epilepsi berlangsung terus menerus selama lebih dari tiga puluh menint tanpa diselangi oleh masa sadar dan bila hal ini berlanjut dapat menyebabkan kematian.

II.5 PENANGANAN
Prinsip penanganan yang dilakukan pada penderita tetanus neonatorum adalah mencegah terjadinya kejang kekakuan otot, menetralisasi racun dan membunuh kuman tetanus yang ada pada tubuh. Untuk mencegah kejang/ kekakuan otot, diberikan obat golongan benzodiazepin. Obat ini mempunyai aktivitas sebagai penenang, anti kejang, dan pelemas otot yang kuat. Efek samping dapat berupa depresi pernafasam, terutama terjadi bila diberikan dalam dosis besar. Untuk menetralisasi racun didalam tubuh, diberikan obat anti tetanus serum atau Human Tetanus Immunuglobulin (HTIG). Terapi antibiotik diberikan bertujuan untuk memberantas kuman tetanus, kuman ini peka terhadap penisilin grup beta laktam termasuk penisilin G, ampisilin, karbenisilin, dan tikarsilin. Selain itu kuman ini juga peka terhadap obat klorampenikol, metronidazol, aminoglikosida dan sefalosporin generasi ketiga. Tindakan bedah yang diperlukan untuk memberantas kuman tersebut adalah dengan perawatan luka. Luka bekas potongan tali pusat dibersihkan dari benda asing dengan menggunakan betadine dan hidorgen peroksida. Kemudian luka dibiarkan terbuka agar oksigen dapat bersirkulasi baik kedalam luka.
Penderita perlu dirawat dirumah sakit, diletakkan pada ruang yang tenang pada unit perawatan intensif dengan stimulasi yang minimal agar tidak terjadi kejang. Pemberian cairan dan elektrolit serta nutrisi harus diperhatikan. Penderita diletakkan dibawah penghangat dengan suhu 36,2, 2-36,5 derajat C, infus cairan gula dan elektrolit. Pemberian makanan dibatasi agar tidak merangsang terjadinya muntah. Pemberian oksigen melalui kateter hidung dan isap lendir dari hidung dan mulut harus dikerjakan. Penderita perlu dirawat dirumah sakit, diletakkan pada ruang yang tenang pada unit perawatan intensif dengan stimulasi yang minimal. Pemberian cairan dan elektrolit serta nutrisi harus diperhatikan. Pada tetanus neonatorum, letakkan penderita di bawah penghangat dengan suhu 36,2-36,5 derajat C (36-47 derajat C), infus glukosa 10% dan elektrolit 100-125 ml/ kgBB/hari. Pemberian makanan dibatasi 50 ml/kgBB/hari berupa ASI atau 120 kal/kgBB/hari dan dinaikkan bertahap. Aspirasi lambung harus dilakukan untuk melihat tanda bahaya. Pemberian oksigen melalui kateter hidung dan isap lendir dari hidung dan mulut harus dikerjakan.
II.6 PENCEGAHAN
Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan mengeliminasi faktor-faktor risiko yang ada. Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pemotongan dan perawatan tali pusat wajib menggunakan alat yang steril. Pengendalian kebersihan pada tempat pertolongan persalinan perlu dilakukan dengan mengurangi kontaminasi spora pada saat proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat. Selain persalinan yang bersih dan perawatan tali pusat yang tepat, pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT kepada ibu hamil. Pemberian imunisasi TT minimal dua kali kepada ibu hamil dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.
II.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan tetanus neonatorum adalah sebagai berikut:
1.                 Untuk mengatasi gangguan fungsi pernapasan, maka intervensi yang dapat dilakukan adalah atur posisi bayi dengan kepala ekstensi, berikan oksigen sampai 1-2 liter/menit dan apabila terjadi kejang tinggikan kebutuhan oksigen sampai 4 liter/menit, setelah kejang hilang, turunkan. Lakukan penghisapan lendir, dan pasangkan spatula lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang. Lakukan observasi tanda vital setiap setengah jam. Berikan lingkungan dalam keadaan hangat, jangan memberikan lingkungan yang dingin, karena dapat menyebabkan apnea. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian diazepam dengan dosis awal 2,5 mg intravena selama 2-3 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari, setelah keadaan klinis membaik dapat dilakukan pemberian ATS dengan dosis 10.000 U/hari, juga ampisilin 100 mg/kgBB/hari.
2.                Perawatan saat kejang dilakukan untuk mencegah lidah tergigit, anoksia, jatuh ke belakang sehingga menutupi jalan napas, dan mencegah kejang ulang dengan cara sebagai berikut :
• Baringkan anak dengan posisi telentang serta kepala dimiringkan dan ekstensi
• Pasang spatel lidah dengan dibungkus kain kasa
• Berikan oksigen
• Lakukan kompres
• Lakukan observasi tanda vital dan sifat kejang.
3.                 Pemantauan tanda-tanda dehidrasi dan kekurangan nutrisi, seperti intake dan output, membrane mukosa, turgor kulit, dan lain-lain. Selanjutnya dapat diberikan cairan melalui infuse dengan cairan glukosa 10% dan natrium bikarbonat apabila pasien sering kejang dan apnea. Apabila kejang sudah berkurang, pemberian nutrisi dapat dilakukan melalui pipa lambung.
II.8 DOKUMENTASI
        ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN
TETANUS NEONATORUM TERHADAP By. Ny. “S”
DI BPS MERANTI
TAHUN 2008

I.             IDENTIFIKASI DATA
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 16 September 2008 pukul 10.00 WIB di BKIA Kasih Bunda Karangtalun Tulungagung.
1.1. Biodata
1.1.1. Klien
Tempat : By. Ny. Santi
Tempat tanggal lahir : Tulungagung, 11 September 2008
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : I
1.1.2.    Orang Tua

Nama : Tn. Rudi / Ny. Santi
Umur : 27 tahun / 24 tahun
Agama : Islam / Islam
Ibu Pendidikan : SMA / SMP
Pekerjaan : Wiraswasta / Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Sambijajar
1.2.     Keluhan Utama
Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel sulit untuk minum ASI dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering kejang-kejang.
1.3.     Riwayat Kesehatan yang Lalu
1.3.1 Riwayat Antenatal
        Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya/ANC kebidan 2x dan ke                      polindes 2x jadi sleama kehamilan ibu melakukan ANC sebanyak 4x.

·         Mendapatkan imunisasi TT lengkap
·         Obat-obatan yang pernah diminum Fe, Kalk, Vit C, Vit B6, Vit B1
·          Keluhan selama kehamilan
·          TM I  Mual muntah pada pagi hari
·         TM II  Tidak ada keluhan
·         TM III  Sering kencing
·         Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan
·         Ibu mengatakan tidak ada penyakit menular
Example : Hepatitis, AIDS, PMS
·         Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menurun
Example : DM, Hipertensi
·         Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menahun
Example : TBC, Asma
·          UK : 40 Minggu
·          Selama hamil ibu tidak ada pantangan terhadap makanan, minuman maupun obat-obatan serta tidak pernah minum jamu-jamuan
1.3.2.   Riwayat Intranatal

          Ibu merasa kenceng-kenceng mulai tanggal 11 September 2008 pukul
Ø 01.00 WIB. Sifat adekuat, kontraksi 5x dalam 10 menit, sudah mengeluarkan lendir yang bercampur darah, ketuban sudah pecah, bayi lahir tanggal 11 September 2008 pada pukul 08.00 ditolong oleh bidan. Persalinan berlangsung secara spontan pervaginan. Jenis kelamin laki-laki, berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm. Selama persalinan tidak ada kesulitan, tidak ada kelainan, tidak ada cacat bawaan pada bayi, placenta lahir pada pukul 08.20 WIB dengan cara spontan pada saat lahir bayi menangis kuat, urine keluar secara spontan pada saat persalinan.
- Lama persalinan
- Kala I = 8 jam
- Kala II = 1 jam
- Kala III = 20 menit
- Kala IV = 2 jam
Obat yang diberikan adalah aksitosin 10 unit.
Untuk bayi: hepatitis B 1 mg.

1.3.3. Riwayat Neonatal
- Bayi lahir secara : Spontan pervaginan
- Apgar score : 7-8
- Berat badan : 3500 gram
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar dada : 34 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Makanan : ASI saja
- Perawatan selama bayi : Ibu dan keluarga
1.3.4. Riwayat Nifas
Ibu tidak pernah minum jamu-jamuan, tidak ada pantangan makanan/minuman tertentu.
1.3.5. Riwayat Tumbuh Kembang
Bayi lahir dengan berat badan 3500 gram, panjang badan 50 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar kepala 34 cm, reflek suching bertambah, reflek rooting bertambah, reflek muro bertambah, reflek grip bertambah, reflek planter bertambah.
1.3.6. Riwayat Imunisasi/Status Kesehatan Terakhir
            Imunisasi bayi baru lahir :  Hepatitis B
            Polio I
1.4.     Pola Kegiatan Sehari-hari
1.4.1. Pola Nutrisi
·         Sebelum sakit : Sesering mungkin minimal 2 jam sekali
·         Selama sakit : Minum ASI tiap 5 jam sekali dikarenakan bayi rewel dan sering menangis
       1.4.2.Pola Eliminasi
·         Sebelum sakit
BAB  3-4x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus/darah
BAK  6-8x sehari warna jernih, tidak ada darah atau pus
·         Selama sakit
BAB  2-3x sehari berwarna kuning kecoklatan, konsistensi lunak, bau khas, tidak ada pus/darah
BAK  4-6x sehari warna kuning keruh, tidak ada pus atau darah
1.4.3. Pola Istirahat
·         Sebelum sakit ð siang dan malam ± 10 jam
·         Selama sakit ð siang dan malam ± 12 jam
1.4.4. Personal Hygiene
·         Sebelum sakit  Mandi = 2x sehari
·         Ganti baju = 2x sehari
·         Ganti popok = 12-15x sehari
·         Perawatan tali pusat dilakukan oleh nenek bayi
·         Sebelum sakit = belum pernah diganti
·         Selama sakit  Mandi = 2x sehari
·         Ganti baju = 2x sehari
·         Ganti popok = 12-15x sehari
·         Perawatan tali pusat selama sakit diganti 1x sehari
1.4.5. Data Psikososial
          Hubungan ibu dengan suami, keluarga dan petugas kesehatan terjalin         dengan baik.
1.5.     Tanda-tanda Vital

Nadi = 154x/menit
Respirasi = 40x/menit
Suhu = 37,5oC
1.6.     Pemeriksaan Fisik
1.6.1. Kepala
        Simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi/luka, tidak ada benjolan.
1.6.2. Mata
        Simetris, konjungtiva merah muda, palpebra tidak oedema, sklera putih.
1.6.3. Hidung
        Simetris, bersih, tidak ada sebret, terdapat pernafasan cuping hidung.
1.6.4. Mulut
         Bibir Simetris, tidak ada sumbing, tidak sariawan, warna pucat, tidak ada     luka, tidak cellosis, sering mecucu
Lidah  Bersih, warna merah jambu, tidak glositis
Gusi  Warna merah jambu, sehat, tidak gingiuitis
1.6.5. Telinga
         Simetris, tidak orap, bersih, tidak ada serumen.
1.6.6. Leher
        Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan    kelenjar limfe, leher kaku.
1.6.7. Dada
         Simetris, bunyi jantung normal, teratur dan terdengar jelas, tidak ada Ronchi/Weezhing dan juga tidak ada bunyi mur-mur.
1.6.8. Abdomen
         Simetris, tali pusat basah dan berbau, ada tanda-tanda infeksi (merah), dinding abdomen terasa keras.

1.6.9. Anogenetalia
         Testis sudah turun diskrotum, bersih, tidak ada kelainan pada genetika dan teraba lubang anus.

1.6.10. Ekstrimitas Atas dan Bawah
           Kanan dan kiri simetris, tidak adema, tidak ada lesi/luka, tidak ada gangguan pergerakan, kadang kejang-kejang.

1.6.11. Punggung
          Simetris, tidak ada lesi/luka, bersih.
1.7.     Pemeriksaan Reflek
a. Suching : +
b. Routing : +
c. Moro : +
d. Plantar : +
e. Graps : +
1.8. Status Gizi
       a. Sebelum sakit
           BB = 3500 gr
           PB = 50 cm
           LD = 34 cm
           LK = 34 cm
      b. Selama sakit
          BB = 3500 gr
          PB = 50 cm
          LD = 34 cm
          LK = 34 cm
Kesimpulan:
Bayi anak Ny. Anjar dengan tetanus neonatorum dengan ciri-ciri : rewel, sulit untuk minum ASI, mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan kejang-kejang.
II.           IDENTIFIKASI DATA DAN  DIAGNOSA MASALAH
S :
Ibu mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu bayinya rewel, sulit untuk     minum ASI dan mulutnya digerak-gerakkan sampai mulutnya mecucu dan sering      kejang          Diagnosa:Tetanus Neonatorum
O :
TTV : N :  154x/menit
P : 40x/menit
S : 37oC
Pemeriksaan Fisik:
- Bibir sering mecucu
- Abdomen terasa keras
- Bayi rewel dan tidak mau menetek
- Ektermitas atas dan ektermitas bawah kadang kejang-kejang
- Abdomen pada tali pusat basah dan baru, merah
S : Ibu mengatakan bayinya sejak 2 hari yang lalu rewel dan tidak mau menetek. Ibu mengatakan selama sakit anaknya minum ASI tiap 5 jam sekali Masalah:
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

O : Status gizi
Selama sakit : Berat badan turun 3500 gram menjadi 3300 gram
S : Ibu mengatakan tidak mengganti balutan tali pusat bayinya setiap hari meskipun  balutannya basah dan diganti satu kali ketika tali pusat mengeluarkan bau Gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
O : Tali pusat basah dan berbau, terdapat tanda-tanda infeksi yaitu merah pada tali pusat dan daerah di sekitarnya

III.          ANTISIPASI MASALAH DAN DIAGNOSA POTENSIAL
Tetanus Neonatorum
IV.         TINDAKAN SEGERA
·         Kolaborasi dengan dokter spesialis anak
·         Merujuk
Diagnosa/Masalah Tujuan/Kriteria Keberhasilan Intervensi
Diagnosa:
Tetanus Neonatorum
Tujuan:
Tetanus yang dialami oleh klien sembuh
Kriteria Hasil:
s Tand-tanda infeksi (merah) hilang
s Tali pusat bersih dan kering
s Kejang yang dialami oleh klien berkurang
s Terpenuhinya kebutuhan nutrisi oleh klien
V.           PERENCANAAN
1.     Bina hubungan saling percaya antara keluarga dan petugas kesehatan.
Rasional:
Dengan hal ini dapat menumbuhkan rasa saling percaya sehingga memudahkan untuk melakukan tindakan medis.
2.     Anjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang.
Rasional:
Dengan merawat bayi di tempat yang tenang dengan pencahayaan yang kurang dapat mengurangi kejang pada bayi karena rangsangan suara dan cahaya dan menimbulkan kejang.
3.     Anjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi.
Rasional:
Tali pusat yang basah menjadi tempat masuknya mikroorganisme sehingga menimbulkan infeksi.
4.    Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI setiap hari secara rutin.
Rasional:
Bayi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhannya dan dengan terpenuhinya nutrisi dapat membantu daya tahan tubuh bayi menghadapi penyakitnya.
VI.         PENATALAKSANAAN

Dilakukan pada tanggal 11 september 2008
1.     Membina hubungan saling percaya antara klien dan anggota keluarga

2.    Menganjurkan kepada ibu untuk merawat bayinya di tempat/ruangan yang terang dengan pencahayaan yang kurang untuk mengurangi kejang pada bayi
3.    Menganjurkan kepada ibu untuk merawat tali pusatnya setiap hari sehabis mandi untuk mempercepat proses penyembuhan
4.    Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI agar tercukupinya kebutuhan nutrisi bayi
S : Ibu mengatakan ia mengerti tentang kondisi bayinya sekarang dan ibu      mau melaksanakan semua nasihat-nasihat yang diberikan oleh bidan
O : -Bayi kelihatan lebih tenang
     - Kejang yang terjadi sudah berkurang 1x dalam sehari
     - Tanda infeksi sudah mulai menghilang
A : Masalah teratasi sebagian
P :
1.      Anjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga personal hygiene bayinya     terutama perawatan tali pusat
2.     Anjurkan kepada ibu untuk datang 2 hari lagi atau sewaktu-waktu bila bayinya bertambah parah
VII.        EVSLUASI
Gangguan personal hygiene
 Tujuan:
Personal hygiene pada bayi terpenuhi
Kriteria Keberhasilan:
s Tali pusat tidak bau, dan merah
s Tali pusat tidak mengalami infeksi
s Tali pusat kering dan bersih

1.     Anjurkan pada ibu untuk melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar.
Rasional:Hal ini dapat mencegah terjadinya infeksi tali pusat.
2.    Anjurkan pada ibu untuk tidak memberikan/membubuhi tali pusat dengan apapun.
Rasional:TETANUS NEONATORUM

BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonates yang disebabkan clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk tubuh bayi melalui tali pusat, baik pada saat pemotongan, maupun saat perawatannya sebelum lepas. Masa inkubasi 3-28 hari, tetapi jika kurang dari 7 hari penyakit ini lebih parah dan angka kematiannya lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.                
Nur muslihatun, wafi. 2010. Asuhan neonates bayi da balita.yogyakarta : Fitramaya
Ngastiyah. 1997. PERAWATAN ANAK SAKIT. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Hidayat, Azis Alimul. 2005. PENGANTAR ILMU KEPERAWATAN ANAK I. Salemba Medika : Jakarta.

1 komentar: