14 Desember 2011

HIPOSPADIA




BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG
Tergantung pada lokasi orifisium uretra ekstema, hipospadia dapat dibagi menjadi bentuk distal (75%; glandular, koronar, subkoronar), intermediet (13%) dan proksimal (12%; penoskrotal, skrotal, perineal). Keputusan prosedur operasi dibuat berdasarkan kebutuhan fungsi dan estetik. Karena semua prosedur bedah mempunyai risiko komplikasi, penting untuk memberikan konseling yang adekuat pada orang tua sebelum operasi.
I.2. Tujuan
Tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
-          Untuk mengetahui tentang Hipospadia
-          Untuk menambah wawasan mengenai hipospadia
-          Agar memperoleh informasi bagaimana cara mengatasi dan menanggulangi hipospadia
-          Sebagai tugas dari mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita

 BAB II
ISI
II.1. Pengertian
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang.
Pengertian Hipospadia adalah salah satu kelainan congenital bawaan pada anak-anak yangsering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat dipenis bagian bawah, bukandiujung penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau dibawah skrotum.B.

Insiden Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di AmerikaSerikat. Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namuntidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.C.

Embriologi Pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengahyaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ectoderm

  Hipospadia umum terjadi pada anak-anak dan tidak menyebabkan kesulitan dalam merawat bayi. Bahkan, pembedahan biasanya mengembalikan tampilan normal penis anaka. Dengan pengobatan berhasil banyak bayi laki-laki akhirnya memiliki fungsi seksual yang normal.

II.2. Factor Prediposisi / Penyebab
Penyebabnya sebenarnya k arena multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa factor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
                   1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormone.
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau bias jiga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormone androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2.Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
          3.Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi bersamaan pada penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai hipospadia adalah :
1.     Undescensus testikulorum (tidak turunnya testis ke skrotum)
2.    Hidrokel
3.    Mikophalus / mikropenis
4.    interseksualitas

Ada beberapa tipe atau pengklasifikasian hipospadia menurut letak muara uretranya antara lain :
1.     Anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal
2.    Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan penoscrotal
3.    Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.
II.3. Tanda dan gejala
·         Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
·         Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
·         Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
·          Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
·          Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
·          Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
·         Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
·         Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
·         Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal
·         Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis.
·         Penis melengkung kebawah.
·         Penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulitdepan penis.
·         Jika berkemih, anak harus duduk.
·         Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis.
·         Pada orang dewasa Semprotan air seni yang keluar abnormal.

II.4. Gambar
Tempat2 Kelainan Lubang Uretra

saluran lubang uretra yang ke bawah

bentuk saluran uretra setelah di operasi
     
         
II.5. Asuhan / penanganan / penatalaksanaan
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
1.     Meluruskan Penis
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderitabengkok.
Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.
2.    Uretroplasty

Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluaskan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat olleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.

II.6. Manajemen / Dokumentasi
          FORMAT MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA
BAYI BARU LAHIR NORMAL

I. PENGUMPULAN DATA
A. BIODATA
Nama bayi             : By. Ny. A
Umur bayi              : 3 hari
Tgl/jam lahir           : 15 februari 2011 jam 10.00 wib
Jenis kelamin : laki- laki
Berat badan            : 3500 gram
Panjang badan        : 50 cm

Identitas / Biodata Orang Tua
Nama Ibu               : Ny. E
Umur                     : 26 th
Suku/ Bangsa : Minang
Agama                   : Islam
Pendidikan             : SMA
Pekejaan                : IRT
Alamat Rumah        : balai selasa
Nama Ayah            : Tn. B
Umur                     : 27 th
Suku/ bangsa          : Minang
Agama                   : Islam
Pendidikan             : SMA
Pekerjaan               : Swasta
Alamat rumah         : balai selasa


B. DATA SUBJEKTIF
Pada tanggal :
1. Riwayat penyakit kehamilan
Perdarahan   : Tidak ada                               Pre eklampsia         : Tidak ada
Eklampsia     : Tidak ada                               Penyakit lain           : Tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil
Makanan      : Tidak ada                               Obat-obatan/jamu   : Tidak ada
Merokok      : Tidak ada                               Minum alkohol       : Tidak ada
Lain-lain        : Tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan                               Di tolong oleh : Bidan
Lama persalinan : Kala I : 3 jam Kala II : 15 menit                                             
Ketuban   • Lamanya : 3 jam • Warnanya : Jernih  • Bau : Amis • Jumlah : 130 cc
Komplikasi persalinan :
• Ibu : Tidak ada
• Bayi : Tidak ada

Stempel Kaki Bayi dan Sidik Jempol Ibu
Kiri Kanan
Resusitasi :
Pengisapan lendir : Ya
Ambu : Ya
Massage jantung : Tidak dilakukan
Intubasi endotrokhial : Tidak dilakukan
Oksigen : Tidak dilakukan
Therapi : Tidak dilakukan

C. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum : kurang baik
Suhu : 38°c
Pernafasan : 36 x/i
Berat badan sekarang : 3500 gram

1. Pemeriksaan fisik secara sistematis
Kepala :        • Ubun-ubun : Datar • Muka : Kemerahan • Mata : Simetris ki dan ka
• Telinga : Daun telinga ada, lubang telinga ada • Mulut : Labio plato skizis (-)
• Hidung : Lubang hidung (+)  •Leher : Tdk ada pembesaran kel. Tiroid
•Dada : Simetris ki dan ka  •Tali pusat : Tdk ada perdarahan dan tanda infeksi
•Punggung : Spinabifida (-)  •Ekstremitas : gerakan ekstremitas atas (+)
•Genitalia : saluran berkemih pada penis abnormal  •Anus : (+)

2. Reflek
Reflek morro          : (+)
Reflek rooting         : (+)
Reflek walking        : (+)
Reflek graph           : (+)
Reflek suking : (+)
Reflek tonic neck     : (+)
3. Antropometri
Lingkar kepala         : Tidak dilakukan
Lingkar dada           : Tidak dilakukan
Lingkar lengan atas  : Tidak dilakukan
4. Eliminasi
Miksi                     : Ada, warna kuning jernih
Meconium              : Ada, warna hijau kehitaman

BAB III
PENUTUP


III.1.  Kesimpulan

Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung          penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru          lahir.Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada   glans   penis.Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.

Gejalanya adalah:
1.  Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada  di bawah atau di dasar penis
2.  Penis melengkung ke bawah
3.  Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan   pada kulit depan penis
4. Jika berkemih,anak        harus  duduk.Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik.Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya.Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.


DAFTAR PUSTAKA

Wahab, Samik.(ed). 2000. Ilmu Kesehatan Anak.(Ed. Ke-15 vol 2).Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Suriadi . Rita, Yuliani . 2001 . Asuhan Keperawatan Pada Anak . Jakarta : CV. Sagung Seto
Sastrasupena H., Hipospadia, Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara,Jakarta,1995:428-435

Hassaan, Rusepno.(ed).1985.Ilmu Kesehatan Anak.(Ed.Ke-3). Jakarta : Infomedika

Sumber >>http://medicastore.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar